Thursday, June 23, 2011

Ketika Berada Diujung Maut

-Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat, katanya: “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” Tetapi seorang menegor dia, katanya: Tidakah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama?
Ketika selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah. “Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja. “Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesunggunhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Lukas 23:39-43)
Ada beberapa kisah yang perlu mendapat perhatian sekitar kisah kematian Yesus. Salah satu kisah tersebut adalah kisah tentang kedua orang penjahat yang berada di ujung maut. Mereka disalibkan di samping kiri dan kanan Yesus. Orang yang lalu-lalang dan melihat mereka, tentu tidak bisa melihat perbedaan di antar keduanya, tetapi Lukas memberitahukanya secara jelas. Ada hal-hal yang bisa di pelajari untuk membangkan kedua penjahat itu.
Ketika Berada Diujung Maut
Tentang keadaan mereka. Mereka sama-sama menderita. Penyaliban adalah hukuman yang sangat mengerikan. Penyaliban dirancang untuk membuat orang yang disalibkan mati perlahan-lahan karena sesak napas. Penderitaan yang mereka alami itu disebabkan karena mereka adalah penjahat. Matius dan Markus menyebut mereka adalah penyamun. Apa yang mereka lakukan tentu sudah dianggap membahayakan negara yang saat itu dibawah kekaisaran Romawi. Maka, salib adalah hukuman yang pantas buat mereka.
Tentang sikap mereka. Sekalipun keadaan mereka sama-sama menderita, tetapi sikap mereka berbeda. Yang seorang menyadari akan kesalahan yang membuatnya disalbkan. Dia juga mengakui bahwa Yesus tidak melakukan kesalahan yang membuatNya harus disalibkan. Kesadaran inilah yang membawanya pada pengharapan akan keselamtan yang sesungguhnya dalam Yesus.
Apa yang dikatakanya kepada Yesus bisa disebut sebagai “Doa iman”, yaitu doa yang didasarkan pada iman yang melihat Yesus menang atas maut dan akan kembali dalam kerajaanNya yang mulia. Pengharapanya untuk bersama-sama dengan Yesus adalah pengharan tentang hidup yang kekal. Mungkin dia orang Yahudi, mungkin juga dia sudah mendengar tentang pengampuanan yang bisa diberikan Yesus (Luk 7:48). Yang jelas dia tidak menyadari kesalahnya, tetapi mereka malah menghujat Yesus. Pertanyaanya, “Bukankah Engkau adalah Kristus?” bukan merupakan pengakuan, tetapi merupakan bentuk ejekan yang sama seperti dilakukan oleh orang banyak yang melihat peristiwa penyaliban itu. Kalaupun dia rindu diselamatkan, yang dia maksud adalah keselamatan sementara, yaitu terbebas dari salib. Ini merupakan bentuk kesombongan yang tida memerlukan Kristus.
Tentang hasil akhir bagi mereka. Lukas tidak mencatat tentang hasil akhir dari penjahat yang menhujat Yesus, hanya penjahat yang bertobat yang hasil akhirnya dicatat dengan jelas, yaitu keselamatan jiwanya. “Doa imanya” terwujud, ia bersama Yesus masuk ke Firdaus.
Keadaan yang tidak menyenangkan bisa membuat kita putus asa, takut, bahkan melakukan tindakan tidak terpuji. Untuk itu, mari kita instropeksi dan tetap mengakui keberaan Tuhan, serta berharap akan pertolonganNya.
Keadaan tidak akan menentukan hasil akhir, tetapi sikap kitalah yang akan menentukannya

No comments:

Post a Comment